Arsip Blog

Home » » Tokoh Pramuka Bersejarah

Tokoh Pramuka Bersejarah



Siapa tak kenal H Mashudi dan H Mutahar? Dua tokoh besar ini merupakan orang yang amat berjasa besar dalam dunia kepanduan di tanah air. Dalam perjalanan karirnya, Mashudi juga merupakan tokoh yang berjasa besar dalam pembangunan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sedangkan H Mutahar pun berhasil menciptakan lagu Syukur, salah satu judul lagu paling terkenal yang dibuatnya pada 7 September 1944.

Tokoh Pramuka Letjen (Purn) Dr (HC) H Mashudi adalah lulusan Technische Hogeschool, Bandung, Jawa Barat, dikenal sangat dekat di hati anak-anak muda. Di balik aktivitasnya di dunia kepanduan, Mashudi merupakan tokoh yang berjasa besar dalam pembangunan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) atau dulu dikenal dengan IKIP Bandung. Dia menjadi dewan penyantun UPI selama puluhan tahun. Bahkan, dalam keadaan sakit, dia berusaha untuk ikut dalam pemilihan rektor UPI.

Di bidang kepanduan, jabatan yang dipegangnya tak sedikit. Tak heran bisa dia disebut-sebut sebagai "Lord Baden Powel"-nya Indonesia. Dia telah aktif dalam jabatan struktural Gerakan Pramuka sejak 1961, sebagai Ketua Majelis Pembimbing Pramuka Jawa Barat, tatkala dia menjabat Gubernur Jabar (1960-1970). Dia pun sempat menjabat Wakil Ketua MPRS (1967-1972). Kemudian 1974, dipercaya menjadi Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jabar dan ditunjuk menjadi Wakil Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka. Lalu sempat menjabat Pjs Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka menggantikan Sarbini (1974-1978). Dalam Munas Gerakan Pramuka di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 1978, dia terpilih secara aklamasi menjadi Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka hingga 1993.

Lewat sentuhan tangan dinginnya, Gerakan Pramuka berkembang pesat menjadi organisasi kepanduan terbesar di dunia. Kepramukaan juga menjadi dikenal luas di Tanah Air. Tak heran bila akhirnya World Organization of Scout Movement (WOSM) menganugerahi Bronze Wolf Award, penghargaan tertinggi dalam dunia kepanduan. Hanya ada empat orang Indonesia yang tercatat pernah menerima Bronze Wolf Award. Selain Mashudi, mereka adalah almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, almarhum H Azis Saleh, dan almarhum Liem Beng Kiat.

Sayangnya, sosok yang dikenal tegas, disiplin namun akrab ini telah meninggal diusianya yang ke-85, seminggu setelah menerima penghargaan khusus dari minggu setelah Komite Kepanduan Asia-Pasifik. Yaitu pada tanggal 22 Juni 2005 lalu dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.

0 comments:

Post a Comment